CeritaKonyol: Istri Saya Tidak Ada Di Rumah , ini adalah judul , Cerita Konyol: Istri Saya Tidak Ada Di Rumah. Layanan Pelanggan; Tentang Kami; Bantuan; Service Center; 085724116957. 324DE0DF. tokospot@gmail.com. ini adalah judul. Ini adalah Deskripsi. Mengenai Saya. candra bakara Lihat profil lengkapku. Arsip Blog 2015 (18) September (1) TrusSekitar jam 11-an sampai KLIA2. Karena yang datang duluan untuk hari ini di bandara KLIA2 adalah saya, jadi deh saya melipir dulu di tempat perisitirahatan penumpang, lokasinya ada di luar pintu imigrasi, di sebelah kiri. Ada beberapa penumpang yang tidur di sana juga. Tempat menunggu di luar imigrasi. Tapisaya bilang ibu saya ini bukan salah beliau,” cerita Nur Friday jujur Pembahasan kali ini masih seputar tentang kegiatan belajar jarak jauh yang telah berlangsung beberapa bulan terakhir Mengasuh tiga anak homeschooler di rumah dengan belajar dan bermain " salam sayang, mama Kira-kira seperti apa ya? Pastinyakita pun masih harus bersabar untuk tetap di rumah untuk memutus mata rantai penyebaran corona Disini saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman-pengalaman menarik saya bersama Anak Langit Saat di rumah, banyak pula pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Sudah lama sekali belum posting tulisan lagi nih, yaapp kali ini aku mau share BukuCerita Anak C-19. Cerita tentang keseharian dua kakak-beradik selama pandemi covid-19. Mereka belajar mengambil hikmah dari penyebaran virus corona yang melanda Indonesia. Keseringan berada di dalam rumah justru membuat kedua SD itu tambah rajin belajar. Sayatahu ucapan dia itu dari ART di rumah. Kata Si ART, tetangga usil itu bilang kalau saya SALAH BANGET punya anak saat ini soalnya ekonomi lagi sulit..hahahah! Mau dicabe-in banget mulutnya. Saya diemin aja. Saya enggak mau ambil pusing karena saya yakin orang kayak begitu bakal kena 'batu'-nya. 9obT5H7. Cerita Tentang Saya dan SDN Sadagori 1Tanggal 21 Februari 2022 untuk pertamakalinya kalinya saya datang ke tempat tugas saya yang baru, yaitu di SDN Sadagori 1, merupakan salah satu sekolah favorit yang ada di Kota Cirebon, saat ini jumlah siswa 447 dengan jumlah personil sekolah kurang lebih 30 orang, baik itu guru, penjaga sekolah dan satpam. Ketika malam hari saya mendapat telepon, untuk mengambil surat undangan pelantikan di Dinas Pendidikan yang pelantikan diadakan keesokan paginya, jujur saya sangat kaget apalagi saat tengah malam, ada teman yang memberi info dan memberi tau tempat tugas saya yang mengetahui mutasi ke SDN Sadagori 1, yang ada dipikiran saya saat itu hanya satu, yaitu "Bisa tidak saya memimpin sekolah dengan jumlah siswa dan personil sekolah sebanyak ini?" Rasa ragu saya tepis, Dinas Pendidikan Kota Cirebon telah mempercayakan saya untuk memimpin di sekolah tersebut, bisa atau tidak saya harus bisa. Cerita Saya dan SDN Karya Mulya 2Hingga kini saya masih sangat bersyukur, awal mula saya menjadi Kepala Sekolah KS, saya di tempatkan di Sekolah yang bisa dikatakan menengah ke bawah, saat itu dengan jumlah siswa yang ramping. Selama hampir 6 tahun lamanya saya digodok di sana, berkat kerjasama yang baik dengan guru-guru disana, saya bisa mewujudkan sedikit impian saya. Setidaknya saya bisa meninggalkan sekolah tersebut dengan bangunan yang kokoh, tidak kalah dengan sekolah-sekolah lain yang berada ditengah kota. Saya meninggalkan sekolah tersebut dengan bangga, karena saya bisa mewujudkan impian para guru disana. Guru-guru di SDN Karya Mulya 2 terlihat keikhlasannya, mengajar tanpa mengharap imbalan. SDN Karya Mulya 2 adalah sekolah penuh kenangan bagi saya, awal saya menjadi Kepala Sekolah, banyak peristiwa yang pernah kami hadapi bersama. Peristiwa itu membuat mental saya menjadi kuat. Cerita Saya Tentang SDN Sunyaragi 2Pertengahan bulan Februari 2021, setelah hampir 6 tahun tidak pernah ada telepon dari Dinas Pendidikan untuk mengambil undangan pelantikan, sore itu saya mendapat undangan pelantikan kembali. Saya tidak pernah tau mau ditempatkan di mana, karena saya tidak pernah meminta untuk dimutasi. Menjelang petang, saya diantar anak-anak untuk mengambil surat undangan pelantikan yang akan diadakan keesokan tengah perjalanan, anak saya yang mengemudikan mobil kaget dan menghindari anak kucing berbulu coklat yang sedang duduk di tengah jalan, suasana malam itu sangat gelap karena penerangan jalan yang kurang, alhasil mobil kami menghantam pohon palem besar yang menjadi pembatas jalan. Mobil yang saya tumpangi berguling dan posisi berbalik ke sebelah kiri, tempat saya duduk. Saat itu suasana sangat kacau, orang-orang berteriak dan banyak yang membantu kami. Alhamdulillah saya dan anak-anak selamat walau badan memar-memar. Entah kenapa saya masih ada kekuatan untuk tetap ke Dinas Pendidikan untuk mengambil surat undangan pelantikan, dengan diantar tetangga yang kebetulan membantu kami, karena jarak yang dekat, saya tetap ke Dinas Pendidikan, badan masih gemetar karena habis mengambil surat pelantikan, saya kembali ke lokasi kecelakaan dan posisi mobil sudah dipindahkan, ketika itu saya sangat syok, melihat kondisi mobil, terutama saat melihat bagian depan sebelah kiri mobil terlihat rusak saya sangat bersyukur, anak saya masih bisa berfikir jernih saat kejadian, saat itu dia langsung mencabut kunci dari tempatnya, sehingga mesin mobil langsung mati. Bisa dibayangkan kalau mesin mobil masih menyala dan bensin mengalir keluar serta gas mobil tanpa sengaja keinjak, duh saya tidak berani paginya, saya menghadiri pelantikan dengan kaki sedikit pincang dan seluruh badan terasa sakit seperti orang habis saya kecelakaan itu segera tersebar, ada salah satu guru SDN Karya Mulya 2 mengirim video dari Instagram, saya melihat video itu merinding, ternyata keadaan saat itu begitu belum sempat mengucapkan terimakasih pada orang-orang yang telah membantu kami, mengeluarkan kami dari himpitan mobil, memberi minum dan mengamankan posisi mobil, Alhamdulillah tidak ada oknum yang mencari kesempatan pada kejadian itu. Dompet saya masih utuh berada di jok depan. Lewat tulisan ini, saya mengucapkan terimakasih pada orang-orang yang telah membantu kami, hanya Allah yang akan membalas semua kebaikan orang-orang yang suka rela menolong mutasi ke SDN Sunyaragi 2 dengan murid di atas 200 dan personil sekolah ada 17, bisa disebut sekolah sedang. Ditempat ini saya hanya sebentar, bisa di bilang baru 5 langkah dan baru pembenahan, belum banyak yang saya lakukan disana, baru pengecatan, pembenahan taman, membuat slogan sekolah dan membuat prasasti nama saja saya merasa belum maksimal berada di SDN Sunyaragi 2. Banyak impian yang belum terwujud di sana, ketika pelantikan tidak ada acara selfie -selfie, saya banyak diam, karena masih kaget di pelantikan saya menyembunyikan rasa sedih saya pada guru-guru, saya banyak bercanda untuk menghapus rasa sedih. Saya menangis ketika sedang sendirian di ruangan, hanya ada satu guru yang tau karena ketika saya sedang menangis dia datang ke ruangan saya, meski saya sembunyikan, tapi dia tau dan langsung memeluk saya sambil menangis. Bisa dibilang guru tersebut kepercayaan saya kemana-mana selalu diantar dia. SDN Sunyaragi 2 adalah sekolah inti, mau tidak mau saya harus jadi ketua Gugus, yang artinya menjadi pemimpin di delapan sekolah sekitar dan menjadi sekolah rujukan di Kelurahan malam hari mendapat telepon untuk mengambil undangan pelantikan, jujur saja saya masih trauma, kejadian kecelakaan itu seperti hadir lagi, seperti film yang kembali di putar. Karena trauma surat undangan pelantikan itu saya titipkan pada teman yang sama-sama di Saya Tentang SDN Karang Jalak 2 Baru beberapa bulan saya mutasi ke SDN Sunyaragi 2, saya mendapat tugas baru, yaitu menjadi Plt di SDN Karang Jalak 2 karena Kepala Sekolahnya Purnabakti, saya di sekolah tersebut hanya 3 bulan. Disana saya bersama guru-guru yang penuh merasa belum melakukan apa-apa di SDN Karang Jalak 2, baru beradaptasi dan baru bertemu dengan para komite, membahas program sekolah dan rehab ruangan, setelah bangunan menjelang selesai sayang seribu sayang Kepala Sekolah definitif datang dan saya mau tidak mau harus meninggalkan sekolah ini, ditempat tugas baru dengan jumlah siswa dan jumlah personil yang gemuk, saya harus kembali beradaptasi dengan lingkungan yang sudah tentu berbeda. Karena saya telah melalui tahapan-tahapan, setidaknya saya tidak terlalu kaget dengan jumlah personil yang banyak dan ditempatkan di sekolah inti kembali. Paling terpenting menurut saya adalah, saya harus bisa bekerja sama dengan semua personil sekolah dan pihak-pihak yang berhubungan dengan sekolah ini adalah Cerita tentangPerjalanan Hidup SayaTulisan ini bagi orang lain mungkin tidak penting, tapi bagi saya sangat penting, karena saya telah menjalani fase-fase kehidupan. Saya tidak peduli tulisan ini ada yang baca atau tidak. Karena sebenarnya Saya sedang menuliskan jejak-jejak perjalanan hidup yakin 5 tahun, 10 tahun bahkan 20 tahun ke depan perjalanan ini menjadi kenangan yang paling indah, bahwa saya pernah ada bersama mereka. Bisa saja jika saya sudah berada dalam pelukan bumi, tulisan ini menjadi kenangan indah bersama-sama orang hebat. Apa yang kita tuliskan saat ini mungkin terlihat tidak terlalu penting, tapi suatu saat nanti akan menjadi penting, dan saya percaya itu. Sekecil apapun pengalaman hidup yang sudah kita lewati, itu adalah naskah cerita yang sudah tertulis jauh sebelum keberadaan kita di dunia. Setiap sekolah menggoreskan kenangan tersendiri dan tidak akan terulang dengan situasi yang sama ADSN1919 Makna rumah untuk setiap orang mungkin berbeda, bahkan untuk perorangan pun bisa berubah seiring saya, ada masa di saat saya memaknai bahwa rumah adalah sebuah pencapaian hidup dan balas budi kepada orang-orang seiring waktu, pemaknaan saya terhadap rumah jadi berubah, yang bukan hanya sekadar bermakna pencapaian, tapi lebih luas dan sebuah kehangatan, kenyamanan dan sebuah penerimaan diri dengan dalam banget ya kata-katanya, beneran sih, kalau ngomongin tentang rumah, saya jadi pengen menceritakan sebuah kisah yang mungkin bisa dibilang lebay, atau juga bisa dibilang mengharu biru oleh saya sih, hahahaCerita Impian Tentang Rumah Tinggal dan KenyataannyaKalau ngomongin rumah tinggal, siapa sih yang nggak pengen punya rumah tinggal sendiri?Bahkan, bukan hanya jika kita sudah berkeluarga, ketika masih single pun, banyak loh orang yang mendambakan tinggal di rumah sekadar tinggal di rumah yang merupakan hak milik sendiri, bahkan bisa tinggal di sebuah rumah sewaan atau kontrakan pun, sudah jadi sebuah impian sejak masih itu saya, dan saya yakin banyak orang, yang juga berpikiran sama dengan kan? Iya in aja deh, kecil, dengan segala impian saya menjadi wanita karir yang sukses di kota besar, punya rumah sendiri itu udah include dalam impian demikianlah, ketika lulus kuliah, harapan besar muncul di benak, dengan berbekalkan ijazah sarjana, saya rasa sudah cukup untuk mulai berkecimpung mengumpulkan pundi-pundi keuangan agar bisa membeli impian masa kecil, yaitu punya rumah di sayang, ternyata kenyataan tidaklah seindah lulus, barulah saya sadari, ternyata cari uang itu susahnyaaaaaaa minta mencari uang tanpa restu dari orang tua, yang mana mereka berharap saya bisa balik ke Buton, tinggal di dekat mereka, jadi PNS dan beli rumah di perlu saya jelaskan secara panjang lebar di sini, sudah pernah dan sering saya tuliskan di blog tentang bagaimana saya kurang sreg tinggal di Buton, dan bahagianya tinggal di saya bertahan, serta berniat membuktikan, kalau saya juga bisa sukses di Jawa, bisa sukses tanpa harus menjadi PNS seperti yang diinginkan oleh orang ternyata sulit menganggur setelah lulus kuliah, tanpa support sistem sama sekali lagi dari orang akhirnya dapat kerjaan dengan gaji di bawah itu tentu saja merupakan sebuah masalah dalam merealisasikan impian punya rumah mau beli rumah sendiri ya, buat bayar kos dan kebutuhan makan sehari-hari aja, nyaris nggak keadaan ekonomi saya mulai sedikit stabil, dalam artia cukup untuk biaya hidup sehari-hari, masalah lainnya itu, saya berpikir untuk bisa ambil KPR rumah di Surabaya atau Sidoarjo, mumpung status saya sebagai karyawan tetap di sebuah perusahaan, akan memudahkan pengurusan KPR saya masih galau dan kepikiran orang tua yang nggak pernah benar-benar merestui saya tinggal jauh dari akhirnya saya menikah, dan memutuskan menetap di tinggal di rumah mertua, lalu pindah ke sebuah kamar kos khusus pasutri selama beberapa akhirnya saya hamil, dan kamipun memutuskan tinggal di sebuah rumah kontrakan, sesuai budget yang kami punya anak, impian bisa punya rumah sendiri semakin kebutuhan anak sejak bayi ternyata sangatlah menguras isi gaji saya dan suami digabungkan pun, hanya cukup untuk kebutuhan kami sehari-hari serta bayar ini semakin sulit, ketika saya akhirnya memutuskan jadi ibu rumah utama hanya melalui suami saja, tanpa support dari orang tua sedih dan sedikit iri, ketika melihat beberapa teman yang menikah, langsung bisa punya rumah sendiri, karena support orang tua yang menikah, lalu dibantuin uang muka dari orang tuanya pula yang dibelikan rumah langsung oleh orang tuanya pula, yang bisa menabung dan membeli rumah sendiri, meski harus KPR, tapi orang tuanya membantu untuk biaya renovasi rumah minimal pembuatan kami, sebagai pasangan yang harus mandiri sejak tua saya berhenti meng-support keuangan buat saya sejak kelulusan kuliah orang tua suami, masih fokus membiayai adik-adik suami yang masih kami harus mengandalkan diri sendiri untuk impian punya rumah tinggal dan Menemukan Makna Rumah Untukku pada Anak-AnakDalam perjalanannya, berbagai perasaan kami alami tentang impian punya rumah tinggal sendiri yang sedih karena bertahun-tahun menikah, tapi belum bisa punya rumah tinggal sendiri, galau memikirkan kami harus punya rumah tinggal di mana?FYI, 2 tahun pertama pernikahan kami, dihabiskan dengan masih galau memilih, apakah tetap di Surabaya, atau pulang ke Buton agar orang tua saya bahagia? Lalu di atas 2 tahun kemudian, kami galau karena pekerjaan suami yang terus berpindah-pindah, dan saya ogah disuruh tinggal menetap sendiri di sebuah kota, namun harus berjauhan dengan ketika si Kakak Darrell mulai masuk SD, seketika saya mulai berdamai dengan LDM, karena memang udah nggak bisa bebas mengikuti suami ke manapun dia bekerja, di samping itu juga suami belum kunjung punya pekerjaan tetap yang membuat dia bisa bertahan lebih dari setahun dalam sebuah pekerjaan atau suami tinggal di JombangKebayang dong, kalau saya terus memaksa ikutan, yang ada kasian si Kakak, harus pindah sekolah setiap tahunnya, dan kebayang juga berapa pengeluaran yang kami harus siapkan untuk biaya pindah-pindah sekolah dan tempat tinggal setiap tak bisa mengikuti suami ke manapun dia bekerja, bahkan terakhir kami akhirnya harus LDM beda pulau, di mana saya harus benar-benar sendirian mengurus anak-anak, tanpa bantuan siapapun, termasuk keluarga, karena saya juga nggak terlalu dekat dengan keluarga saja kami belum bisa merealisasikan impian punya rumah tinggal sendiri, dan harus puas dengan tinggal di sebuah rumah kontrakan sederhana hingga ditanya gimana rasanya tinggal di rumah kontrakan, hingga bertahun-tahun setelah menikah?Sebenarnya jawabannya, asyik-asyik saja sih!.Yang nggak asyik itu ketika telinga menangkap banyak omongan orang lain, baik keluarga terutama orang tua, maupun orang lain yang nggak ada hubungan darah sama tua, dengan alasan ingin melihat anaknya tenang, dengan punya rumah tinggal milik sendiri, selalu saja bertanya, kapan beli rumah?Dan orang lain bertanya, kok udah bertahun-tahun menikah, nggak mau beli rumah juga?Padahal harga rumah setiap tahunnya naik dengan drastisnya?Herannya, semua orang cuman bertanya, tapi nggak ada satupun yang mau nyumbang 500 juta aja kek, saya menanggapi pertanyaan seperti itu dengan jujur, lama kelamaan mengganggu pikiran juga, apalagi kalau yang nanya adalah orang tua atau kalau udah nggak bisa nahan kesal, saya jawab aja dengan asal,"Jangan tanya saya dong, tanya Tuhan sana, kapan Dia mau kasih saya uang 1 milyar aja, atau setidaknya dia tunjukin cara nyata biar bisa dapetin 1 milyar dalam setahun, biar bisa beli rumah seperti impian kalian!"Impian mereka dong, udah bukan impian saya lagi, saking kesalnya dengar pertanyaan berulang tentang kapan beli rumah tinggal milik pribadi? Untungnya, saya tidak berlama-lama memendam rasa kesal seperti waktu, saya mencoba berdamai dengan semua pertanyaan orang lain tentang rumah tinggal milik otomatis bikin saya juga ikut berdamai dengan impian punya rumah tinggal sendiri yang belum kunjung bisa waktu, saya belajar berdamai, dengan memaknai bahwa rumah tinggal, bukan sekadar rumah yang kita tinggali harus milik sendiri, harus mutlak tinggal di situ ternyata, toh Tuhan tidak menempatkan kondisi saya harus tinggal di rumah kontrakan selama bertahun-tahun tanpa kondisi ini sungguhlah yang terbaik buat Tuhan Maha Mengetahui apa yang terbaik buat hamba-Nya yang introvert, saya yang menyukai tempat yang tenang, damai, jauh dari tetangga terlalu 'ramah' dan kepo, tentu saja kadang bermasalah, jika bertetangga dengan orang-orang ekstrovert yang memaksa saya, sebagai introvert, harus bisa seperti itulah salah satunya alasan, mengapa saya masih diberikan kondisi harus tinggal di rumah kontrakan selama bertahun-tahun, agar jika saya tidak betah, bisa dengan mudah pindah ke tempat yang baru, yang sesuai dengan karakter saya, agar bisa merasakan kenyamanan yang sebagaimana karakter saya mengartikan kedamaian itu. Sering Pindah Rumah, Tak Masalah, Tapi Juga ada Masalah Beserta SolusinyaSeiring waktu, demikianlah keadaan menikah, masih tinggal di rumah kontrakan, dan sering berpindah masalah sih, pindah rumah buat saya dan anak-anak adalah seni untuk me-refresh pikiran, pindah ke lingkungan baru, meninggalkan hal-hal yang kami nggak sukai di lingkungan Alhamdulillah, anak-anak juga menikmatinya, dan itulah yang paling penting buat seiring waktu, saya akhirnya menemukan makna rumah untuk saya sesungguhnya, yaitu bersama anak-anak, tempat mengukir cerita bersama anak-anak setiap makna rumah untuk saya yang terpenting adalah, bukan status kepemilikannya, tapi kebersamaan saya dan anak-anak yang menikmati tempat tinggal mau di manapun tempatnya, harus berpindah beberapa kalipun, bukanlah menjadi masalah besar bagi mengenai hal-hal lainnya, tentang manfaat punya rumah tinggal sebuah hal yang harus kami jadikan patokan bahagia memaknai rumah tempat kami bertinggal, di manapun bersama anak-anak, ada saya dan kami mengukir cerita di dalam rumah tinggal tersebut setiap udah cukup, bahkan lebih dari cukup, semua ketercukupan kebahagiaan kami tersebut, bukan berarti tanpa masalah sama sih masalahnya, yaitu ketika kami harus sering pindah rumah tinggal kontrakan, dengan berbagai adalah, ya ampuuunnn ribet juga dong angkut-angkut pegal linu dah badan mengangkat semua perabotan yang memang kebanyakan terbuat dari hanya masalah bobotnya yang luar biasa, namun juga karena perabotan kayu yang kami punyai memang bukanlah perabotan kayu asli, jadi kalau sering diangkat-angkat, berdampak pada perabotan yang jadi mudah karena itu pula, sering banget terjadi, setiap kali kami pindahan rumah tinggal, banyak perabotan yang terpaksa ditinggalkan, karena rusak dan nggak bisa diangkut dengan 2 orang anak usia aktif, tentunya sangat butuh perabotan, khususnya storage untuk menyimpan banyak barang, khususnya mainan dan barang anak-anak, agar rumah bisa terlihat rapi, juga melatih dan membiasakan anak-anak sadar akan kerapian barangnya satu masalah ini, saya jadi berpikir untuk lebih memilih perabotan dengan bahan plastik, dengan alasan perabotan plastik lebih ringan bobotnya dibandingkan dengan juga lebih tahan jika diangkut ke bukan perabotan plastik yang asal ya, tentu saja yang bahannya lebih bagus, disainnya juga lebih kece, sehingga lebih awet atau tahan lama digunakan, kayak produk-produk perabotan rumah tangga dari Juara Rapikan Rumah dan Praktis untuk yang Sering Berpindah RumahTentang OlymplastAda yang kenal dengan brand Olymplast?Sini kenalan adalah sebuah brand yang menjadi solusi dari kebutuhan perabotan rumah tangga dengan bahan baku plastik, untuk seluruh keluarga Indonesia, dan diproduksi oleh PT. Cahaya Bintang telah berdiri sejak tahun 2015 di kota Gresik, seiring waktu, telah berekspansi ke kabupaten Lamongan sejak tahun 2018, dan kemudian mempunyai karyawan yang hingga saat ini telah mencapai lebih dari 1,000 anak perusahaan dari PT. Graha Multi Bintang, yang menjadi holding company dalam merek-merek furniture ternama Nasional, dan bagian dari Olympic Furniture Olymplast, sebagai brand yang menjadi favorit banyak keluarga Indonesia, khususnya dalam mengisi perabotan rumahnya komitmen dan visinya dalam menyediakan produk-produk terbaik dan modern, untuk mempercantik rumah, dan tentunya dapat memberikan manfaat lebih buat keluarga Indonesia Karena Olymplast menyadari, bahwa rumah adalah tempat ternyaman untuk semua anggota keluarga dalam menghabiskan sebagian besar waktunya. Tempat berbagi semuanya, dan mengukir cerita bersama keluarga OlymplastOlymplast hadir dengan beberapa keunggulannya, yang terus terjaga karena telah menjadi sebuah misi utama bagi brand ini, yaituKualitas material terbaik, karena menggunakan material pilihan terbaik untuk semua produk yang desain yang terbaik dan modern, karena selalu mengembangkan desainnya sesuai dengan inovasi terkini dan juga sesuai dengan kebutuhan fungsi yang terbaik dan memuaskan, di mana semua produknya menganding nilai fungsional tahan lama, karena selalu fokus kepada uji standard dan kontrol yang ketat demi menciptakan produk yang awet atau tahan Olymplast Juaranya Rapikan Rumah Pada penasaran nggak sih, apa aja sih produk-produk yang diproduksi oleh Olymplast untuk keluarga Indonesia yang tentunya sangat bermanfaat untuk merapikan rumah?Ada banyak banget dari kursi, tempat penyimpanan, kabinet, lemari pakaian, laci, meja, peralatan rumah tangga lainnya, hingga peralatan khusus pasti, kesemua perabotan rumah tangga tersebut, terbuat dari bahan yang terbaik, kuat, kokoh dan tentunya dengan desain yang modern, baik bentuk maupun warnanya nggak norak, tetap terlihat mewah meski terbuat dari bahan salah satu perabot yang menjadi favorit saya adalah tempat penyimpanan atau storage, maupun ini, amat sangat membantu banget untuk menampung berbagai barang-barang yang selalu berantakan di mana-mana, seperti mainan anak-anak maupun peralatan anak-anak perabotan dari Olymplast ini juga sangat membantu membuat anak-anak terbiasa rajin beberes peralatan main dan belajarnya selepas beraktifitas di meski ada 2 anak yang sedang aktif-aktifnya, tapi bukan berarti rumah senantiasa berantakan tak pernah dengan berbagai cerita kehidupan yang telah saya lewati, membuat saya sadar kalau tak semua impian bisa seindah bukan berarti realisasi yang tak sesuai impian itu, adalah sebuah hal yang salah dan impian punya rumah tinggal dengan hak milik sendiri, yang belum juga di mata banyak orang, itu adalah sebuah hal yang kurang dan buat saya, kondisi itu sama sekali tidak mengurangi makna rumah untuk makna rumah yang sesungguhnya adalah, kebahagiaan dan kebersamaan dengan mengukir cerita dalam aktifitas di dalam rumah yang nyaman dan rapi, untuk kerapian rumah, saya serahkan ke Olymplast, yang sangat cocok buat kami yang sering berpindah rumah tinggal, karena lebih ringkas berbahan plastik, tapi tetap makna rumah untuk saya, dan saya bersama anak-anak, memaknainya juga dalam manfaat Olymplast juaranya rapikan rumah. Sidoarjo, 09 Desember 2022Sumber pengalaman dan opini pribadi Canva edit by Rey, dokpri dan Perempuan berperawakan mungil ini begitu bersemangat sewaktu menceritakan perjalanannya hingga berhasil mendapatkan rumahnya ini. Sebuah impian yang telah dicatatnya sejak ia dan suaminya belum menikah dulu. Andhini Miranda, bersama suami dan satu orang anak semata wayangnya, kini menempati sebuah hunian mungil dengan luas tanah 87m2 dan luas bangunan sekitar 40 m2 di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan. Keinginan kuat untuk mendiri dan bisa menanamkan nilai-nilai hidup yang dianutnyalah yang mendorong Andhini dan suaminya mencari rumah dan berhasil membelinya pada tahun 2013. Namun terselip juga pelajaran berharga dibalik cerita rumah Andhini. Meski demikian, untuk sementara Andhini bisa merasa lega karena di rumah inilah ia bisa membesarkan buah hatinya serta melakukan banyak kegiatan ramah lingkungan. Kegiatan yang dimulainya dari rumah inilah yang menjadikannya seorang praktisi hidup minim sampah. Cerita Rumah Andhini Berawal Demi Hindari Konflik Pola Asuh Anak Jadi ceritanya pada tahun 2011 sang suami melamar Andhini. Saat itu keduanya memang sama-sama berada di usia kepala 3 sehingga diskusi serius tentang rencana ke depannya banyak sekali dilakukan. Salah satunya tentang impian memiliki rumah sendiri untuk membina keluarga, khususnya anak, sesuai dengan nilai-nilai yang dipercaya Andhini dan sang suami. “Yang pasti keinginan keluar rumah itu karena ingin menghindari konflik. Jika ada lebih dari satu kepala keluarga sangat mungkin hal kecil bisa diributin karena pasti ada perbedaan,” jelas Andhini yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Andhini memang sangat concern pada pola asuh anak. Jika nantinya ia memiliki anak, ia sadar akan ada saja konflik pola asuh yang terjadi antara Andhini sebagai keluarga muda dan orangtuanya. Konflik-konflik kecil inilah yang ia ingin hindari. “Banyak pola asuh jaman dulu yang sudah nggak relevan sekarang. Banyak contohya, misalnya saja ungkapan jangan banyak digendong nanti bau tangan’, saya punya konsep selagi anak masih bayi kenapa kita nggak habiskan waktu untuk membonding dia? Setelah anak bisa lari, hal itu akan sulit lagi lho,” ungkap Andhini. Hal lain misalnya membiasakan anak makan di meja makan dirasa Andhini lebih baik daripada makan disuapin sambil digendong dan bermain. Atau bagaimana kebiasaan orang dewasa berbicara dengan anak kecil yang sering dicadel-cadelin agar terlihat lucu, padahal menurut Andhini mendengar adalah cara pertama anak untuk belajar baca dan tulis. “Di sisi lain saya juga nggak mau durhaka karena banyak konflik. Kalau punya rumah sendiri kan kita bisa menerapkan nilai-nilai yang kita anut, sambil saya bisa tetap menjaga hubungan baik dengan orangtua,” ujar Andhini lagi. Cerita Rumah Andhini Financial Planner Bikin Mudah Rencana Punya Rumah Saat dilamar, Andhini bekerja sebagai wedding planner. Artinya ia dan tunangannya sama-sama memiliki pemasukan tetap. Namun mereka mulai berpikir bagaimana mengelola keuangan yang benar agar bisa tercapai segala impian; ingin punya rumah, kendaraan, bahkan sampai persiapan dana sekolah anak. Sama-sama bekerja di dunia kreatif juga membuat keduanya sadar bahwa mereka akan sulit mendapatkan tunjangan. Dengan konsep hubungan teamwork’, setelah menikah mereka berniat untuk meleburkan uang mereka demi sama-sama mencapai tujuan dan mimpi-mimpi bersama. “Untuk itu kita pakai jasa financial planner. Semua pengeluaran dirinci dengan sangat detail, di-screening. Dilihat dengan segala pengeluaran itu apakah masih ada sisa yang bisa ditabung,” jelas Andhini yang juga dibuatkan plot oleh sang financial planner hingga penjabaran proyeksi inflasi dalam beberapa tahun ke depan. “Dari hasil screening, kami bilang fokus pertama adalah rumah. Mulai dari ekspektasi rumah di mana, luasnya berapa, oleh financial planner diberikan gambaran proyeksinya sampai angka DP dan cicilan KPR per tahun yang bisa kita sanggupi. Nyesel deh kenapa nggak pakai jasa financial planner dari dulu, mana harga rumah makin mahal!” papar Andhini. Andhini mengaku sangat tenang setelah tahu proyeksi kesanggupan mereka di masa depan. Total ia menggunakan jasa financial planner selama 3 tahunan, di mana seluruh keuangan benar-benar diatur dan jadi teratur. Walaupun belum menikah, tapi setelah tahu perhitungan keuangannya Andhini dan tunangannya pun langsung browsing cari rumah. Mereka berselancar di dan memasang filter lokasi yang diinginkan, juga kisaran harga yang sesuai dengan perhitungan. Cerita Rumah Andhini Tunda Punya Rumah Karena Hamil Ada Tumor Rahim “Kita dulu sama-sama kerjanya di Jakarta Selatan, sering lembur. Sementara rumah orangtua saya di Jakarta Timur. Wah, rasanya jauh banget! Pengennya ya punya rumah dekat kantor, berangkatnya jadi nggak harus pagi-pagi buta,” kata Andhini. Ia pun melanjutkan, “Sayangnya rumah di Jakarta Selatan nggak masuk di kisaran bujet kita, jadi kita mengarah ke selatan Jakarta deh, Tangerang Selatan ha ha ha. Kita cari yang areanya cukup familiar kita dengar .” Seluruh pencarian rumah Andhini pun dilakukan melalui internet, dan cukup banyak daftar yang didapatkan dari hasil browsing tersebut. Karena kerja di wedding industry, tentunya akhir pekan Andhini sangat sibuk. Begitu pula pasangannya, deadline pekerjaan selalu jatuh di hari Sabtu-Minggu. Akhirnya di tahun 2011 itu juga Andhini menikah, dan setelah menikah kesibukan mereka pun masih sama. Hal ini pula yang menjadi kendala pencarian rumah mereka, hanya satu-dua lokasi yang benar-benar sempat didatangi. Tahun 2012 Andhini kemudian hamil. Hal yang cukup mengejutkan bagi pasangan ini mengingat sebelumnya mereka sempat divonis sulit untuk memiliki keturunan akibat terdapat tumor di rahim Andhini. “Kaget banget tiba-tiba hamil, alhamdulillah! Dan obgyn yang menangani sangat tahu riwayat penyakit saya karena ia yang menangani sejak lama, kondisi hamil ini berisiko. Jadi tidak menunggu waktu lama, saya langsung menuliskan surat resign tanpa ada 1 month notice!” papar Andhini. Segala rencana akhirnya terpaksa harus ditangguhkan. Bahkan rencana bulan madu yang belum terlaksana, dan sudah dipesan segala tiket dan akomodasinya dalam waktu dekat pun hangus. Rencana mencari rumah pun ditunda mengingat kondisi Andhini yang harus bed rest total. Cerita Rumah Andhini Buru-buru Beli Rumah, 2 Hari Lagi Harga Naik “Habis lahiran, eh ada kabar adik saya mau menikah. Wah tambah satu keluarga lagi di rumah, konflik bisa lebih banyak nih! Langsung saya bilang ke suami untuk mulai cari rumah lagi,” cerita Andhini. Saat itu suami Andhini tidak setuju untuk buru-buru pindah, karena proses menabung masih berjalan. Ia menginginkan rumah yang dibeli nanti itu adalah yang benar-benar disuka dan nyaman. Dan ajakannya untuk tetap sementara tinggal di rumah orangtua Andhini, tidak disetujui oleh Andhini. “Saya saat itu merasa lebih sehat’ kalau punya rumah sendiri, sudah terlihat potensi konflik kecil di sana-sini. Yang terpenting saat itu, harus menjaga hubungan dengan keluarga agar tetap baik,” jelas Andhini. Di masa ini Andhini masih tetap menggunakan jasa financial planner. Browsing mencari rumah dilakukan lagi dari nol, karena filter pencariannya berubah. Otomatis angka bujet jadi menurun karena Andhini sudah tidak bekerja lagi. Alokasi tabungan rumah juga jadi lebih sedikit. Karena ingin segera mendapatkan rumah, Andhini tidak memasang spesifik area saat melakukan pencarian di hanya filter harga saja. Dari situ mereka mencari yang kira-kira cocok dengan bentuk rumah, daerahnya terasa familiar, baru mereka survei langsung. Dari hasil survei, Andhini tertarik dengan sebuah rumah di sebuah perumahan yang baru dibangun di Pamulang, Tangerang Selatan. Dengan rumah tipe yang sama, rumah tersebut dinilai memiliki tata ruang yang tidak terasa sempit. Plong! Sebelum memutuskan untuk membeli, mereka sempat melakukan survei namun bukan untuk melihat rumah lagi, tapi survei buat mengecek kredibilitas pengembangnya. Sebanyak dua lokasi perumahan lain yang sedang dibangun oleh pengembang yang sama sempat didatangi, dan seluruhnya berjalan dengan baik. Setelah benar-benar yakin proses pembelian rumah serta pengajuan KPR dilakukan. Saat proses pengajuan KPR juga bisa dibilang tidak ada kendala. Jumlah DP yang harus dibayar pun sesuai dengan perhitungan financial planner, saat akad rumah uang DP-nya sudah terkumpul. Andhini langsung buru-buru membayar DP karena katanya 2 hari lagi harga naik. Cerita Rumah Andhini Kendala Tinggal di Rumah Baru yang Dibeli Terburu-Buru Karena membeli rumah indent maka pembangunan rumah Andhini tidak langsung dilakukan setelah proses akad jual beli dilakukan. Pembangunan tahap awal menunggu penuhnya 2 blok rumah, baru kemudian dibangun bersamaan. Akhirnya rumah jadi tahun 2014 dengan masa pembangunan rumah 6 bulan. Andhini langsung pindah ke rumah itu dalam keadaan belum ada gardu listrik dan tidak ada lampu jalan. Semua listrik diambil dari kantor pemasaran. “Lucu, di awal itu tidak sampai 10 rumah yang sudah ditinggali. Kalau malam ada yang nyalain mesin cuci nanti tiba-tiba listriknya njeglek. AC juga hanya boleh satu dulu yang menyala. Kalau njeglek akan ada satpam keliling yang mengingatkan jangan pakai mesin cuci, ha ha ha,” gelak Andhini. Suasana saat itu juga belum nyaman, jalanan masih bebatuan, gerbang satpam pun masih dibangun. Di blok rumah Andhini, baru terisi 3 rumah dan mereka adalah pasangan muda dan bekerja sampai malam, jadi saat mulai gelap hanya rumah Andhini saja yang terlihat terang. Gardu listrik pun akhirnya baru ada setelah beberapa bulan kemudian. Tips Membeli rumah memang bukan seperti membeli kacang, harus dipersiapkan secara matang. Apabila belum merasa cocok, jangan dipaksakan. Apalagi mengambil keputusan yang terburu-buru. Luas tanah pada umumnya adalah 72 m2, namun Andhini memilih rumah yang bagian belakangnya ada lebihan tanah sekitar 15 m2 karena posisi rumah menempel pada batas tembok klaster. Tapi karena jarang datang saat pembangunan, ternyata pengembangnya rata memberi batas tembok lurus tanpa memperhatikan luas tanah yang lebih tersebut. Sebagian hak tanah milik Andhini berada di balik tembok. Dan Andhini harus membobok sendiri tembok tersebut jika ingin menggunakannya. Karena harus mengeluarkan biaya lagi, maka Andhini membiarkannya dulu. Kendala lain yang muncul, ternyata air di klaster tersebut bermasalah. Airnya berbau minyak dan mengandung besi, sehingga untuk kebutuhan sehari-hari Andhini jadi boros karena menggunakan air isi ulang. Apalagi anak Andhini memiliki kulit sensitif. “Memang proses mendapatkan rumah ini cukup cepat, namun saya merasa inilah hasilnya kalau proses pengambilan keputusannya buru-buru, banyak hal yang terlewat dan harus disurvei lebih detail lagi sebelumnya,” ungkap Andhini. Cerita Rumah Andhini Pasang Keramik, Mengecat Tembok, Bobok Tembok, Bikin Rumah Nyaman Membeli rumah memang bukan seperti membeli kacang, harus dipersiapkan secara matang, karena kalau sudah dibeli dan kurang sesuai, tambah sudah ada pengikatan perjanjian KPR dan hal lainnya, jelas sulit untuk dibatalkan. Itulah pentingnya mencari tahu properti yang akan dibeli lewat review properti dan memanfaatkan jasa agen properti yang terdapat di “Agak menyesal saat itu karena sempat berpikir bahwa mengontrak rumah hanya membuang-buang uang. Padahal saat belum menemukan rumah yang sreg, mengontrak bisa menjadi solusi sambil mencari rumah yang tepat,” kata Andhini. Alih-alih menyesali dan tidak berbuat apa-apa, Andhini dan suami pun mencoba mengatasinya dengan membuat rumahnya jadi lebih nyaman. Misalnya memasang keramik lantai sesuai keinginan yang dibelinya sendiri, mengecat tembok dengan cat pilihan sendiri. Sedang untuk fasad rumah Andhini sudah merasa cocok. Langkah berikutnya adalah mengatasi masalah air. Banyak tetangga Andhini yang memakai filter juga mengebor sumur. Andhini dan suami menabung dulu berbulan-bulan hingga akhirnya bisa mengebor sumur, tak tanggung-tanggung… hingga kedalaman 40 meter! “Saya mencoba menata isi rumah semaksimal mungkin dengan keterbatasan yang ada. Yang penting nyaman. Bahkan interior itu 2 bulan sekali berubah, kursi lemari saya geser-geser sampai anak kalau pagi-pagi bangun suka komen wow, sudah berubah lagi’ ha ha ha,” cerita Andhini yang merupakan lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Trisakti, Jakarta. Setelah menabung agak lama, baru tahun 2019 Andhini membobok tembok belakang rumah guna memanfaatkan sisa tanah 15 m2-nya. Hasilnya rumah dirasa lebih lapang, karena dapur kini pindah ke area belakang tersebut. “Bobok temboknya kan dari balik tembok rumah belakang karena saya nggak mau bagian dalam rumah jadi berantakan. Nah renovasinya itu dibuat pondasi dulu baru dibobok, eh hasil pondasinya beda ketinggiannya sama yang di rumah ha ha ha, sampai kita buat anak tangga gitu,” jelas Andhini sambil tergelak. Cerita Rumah Andhini Rumah Ramah Lingkungan yang Menginspirasi Ketika ditanya tentang gambaran rumah idamannya, Andhini menginginkan membangun rumah dari nol, karena bisa fungsional sesuai kebutuhan keluarganya. Rumah kecil dengan bukaan jendela besar serta ceiling yang tinggi agar rumah lebih ramah lingkungan, tidak perlu AC. Andhini yang giat menyuarakan gerakan hidup minim sampah melalui akun Instagram 021suarasampah banyak melakukan upaya menjaga bumi’ terkait dengan rumah dan aktivitas hidupnya sehari-hari. Ia membuat lubang biopori sebagai resapan air hujan, juga memiliki lima komposter. Hal ini dilakukannya sebagai upaya dari rumah untuk menjaga lingkungan. Di mana penelitian mengatakan di masa depan persediaan air tanah akan terus berkurang. “Saya juga daur ulang air secara manual. Misalnya air mandi dari shower di bawahnya ditaruh ember untuk menampung, begitu juga saat mencuci piring. Bekas airnya masih bisa dipakai untuk siram toilet dan siram tanaman,” jelas Andhini. Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Ia pun melanjutkan, “Di rumah sudah tidak pakai sabun kemasan, saya membuat sendiri sabun dari lerak dan eco enzym, jadi tidak ada deterjennya. Jadi untuk siram tanaman itu aman.” Rencana selanjutnya Andhini ingin membuat penampungan air hujan, agar airnya bisa dimanfaatkan kembali. Di rumah Andhini juga ada tempat pilah sampah dengan kategori yang cukup beragam. Sampah dipilah berdasarkan kategori jenis materialnya. Ada sampah plastik, kertas, kardus, alumunium, beling, elektronik, hingga sampah medis. Sampah pilahan yang masih bisa digunakan lagi, disimpan oleh Andhini sebagai bahan prakarya anak. Sedangkan sampah pilahan yang tidak bisa digunakan kembali, disetor ke penggiat daur ulang. “Saya punya lho pintu lemari isinya selotip bekas, yang masih lengket kan bisa dipakai lagi,” jelasnya. Selama 26 bulan sampah yang dihasilkan Andhini, suami dan anaknya, hanya 1 kg lho! “Banyak furnitur di rumah ini hasil restorasi. Dari rangka furnitur bekas, atau bangku bakso yang dibeli di toko loak. Ada juga furnitur besar di kamar saya di rumah orangtua, kini sudah dipecah-pecah dan dijadikan beberapa fungsi,” jelas Andhini. Cerita Rumah Andhini Rencana Jual Rumah, Take Over Kredit, Demi Rumah Impian Meski upaya membuat nyaman rumahnya telah dilakukan, Andhini memang harus beradaptasi dengan rumah barunya, serta lingkungannya. Jika dilihat sekilas, suasana rumahnya terlihat sangat asri dengan banyak tanaman yang tumbuh subur. Bukan sekadar tanaman yang sedang menjadi tren, bahkan Andhini juga membuat kebun sayur. Proses membeli rumah yang terburu-buru nyatanya dampaknya memang terasa sepanjang waktu. Perumahan klaster tanpa pagar yang kini banyak dipasarkan mungkin memang kurang cocok bagi Andhini, membuatnya kurang nyaman. "Saya siasatinya dengan pagar tanaman, deretan pohon telang, hinga pasang paranet di teras untuk rambatan tanaman,” tawa Andhini lagi. Survei unit rumah, hingga survei proyek lain dari pengembang memang sudah dilakukan Andhini, tapi ada satu yang kurang, survei lingkungan sekitar terkait kondisi sekitar, fasilitas umum seperti pasar, akses, hingga kemacetan lalu lintas. Itu sebab Andhini banyak mengalami kejutan mulai dari pasar kaget setiap Senin malam di seberang gerbang perumahan, hingga layar tancap yang diputar dengan volume suara yang sangat keras. Tanya Tanya ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami Karena itu, setahun belakangan Andhini dan suami mulai terpikir untuk menjual rumahnya, mulai mencari tahu tentang cara-cara take over kredit. Mencari tahu lewat laman panduan properti di hingga bertanya ke teman-teman yang bekerja di bank. Berbagai perjalanan dan kendala terkait rumah idaman pastinya memang bisa dilewati oleh setiap orang dengan usaha yang gigih serta cara-cara yang kreatif. Namun apabila hati belum merasa cocok, tentunya tidak bisa dipaksakan. “Dan perjalanan membeli rumah ini memang mengajarkan bahwa pengambilan keputusan yang terburu-buru seringkali kurang bijak,” tutur Andhini. “Jadi sekarang saya masih mencari rumah’ yang lain, karena di rumah ini saya masih merasa belum pulang’,” ujar Andhini menutup perbincangan dengan penuh keyakinan bahwa rumah impian, yang membuatnya merasa pulang’ pasti bisa diwujudkan selama diperjuangkan. Itulah cerita pengalaman Andhini, Praktisi Hidup Minim Sampah yang sempat terburu-buru membeli rumah yang kini terus mengejar mimpinya untuk punya rumah yang nyaman, yang membuatnya merasa pulang. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah. Hanya yang percaya Anda semua bisa punya rumah Teks Erin Metasari, Foto Zaki Muhammad Writing up to describe my house in essay is somewhat a tricky yet interesting task. However, writing few lines, 10 or more sentences, is always required by Ukg kids in school. But, in some cases students are required to write short & long essay and paragraph on topic my sweet home, my dream home or my house essay in best descriptive words. The essays on this topic are always the common essay topics in exams. Therefore, we have tried to write down the best Essay on My Home For Children & Students with quotes and images. Introduction House is not just a building. It is a place where we live with our family. It is our entire happiness of life. We share our sorrows, grief, happiness and joys under same roof. It is the most peaceful place on earth for any person. Almighty has blessed me with sweet home. A home is where mom is. It is no less than blessing to live with your family and siblings. There are a lot of homeless people in the world. I always believe house is one of the beautiful blessings of Almighty. >>>>>> Read Also 10 Lines & Short Essay on My School Bag for Students Describing My House in Essay I live in a small town. It is about ten kilometers from main city and very peaceful place. My house is at left corner of town. It is small house with three bedrooms. There is also bathroom and kitchen in my house. There is also a TV launch at my house. Our whole family sits together at night and watch TV serial. It is very special watching television together. My mother has maintained my house very beautifully. She always keeps it clean. She is always busy in doing household work. She is very fond of keeping her house clean and my little sister also helps her in her work. My elder brother is fond of gardening. He has grown many flowers of different colors in our house. These flowers present very pleasant look to our house. He has also maintained a small lawn at house. Greenery is very refreshing and it is very peaceful for mind and soul. My father often enjoys his evening tea in this lawn. This small house is very important for every member of the house and every person is happy in it. My house has all the necessary facilities. It has electricity supply and water supply. Home is the blessing of God My house is no less than a blessing. It is surrounded by lovely people. My relatives live in our surrounding and we often share our delicious dishes as well as other matters with each other. I am blessed that I am protected by four walls and roof. We are two brothers and one sister at our house. I share my bedroom with my brother. We often help each other in studies and discuss a lot of matters. My father really works hard to maintain this house. There are a lot of homeless beings on earth and we should be thankful to Almighty for our house. House is a source of protection and peace. It does not matter whether it is big or small. It should be peaceful. I always find a lot of solace at my house to live with my loved ones. I always share my problems with my father and mother. I have very strong bonding with my brothers and sister. We also fight sometimes but we always enjoy a lot. My house is no less than paradise. There is no bigger happiness than living your life with loved ones and enjoying it. Conclusion House is one of the most important things in our life. Man is greedy and always wants more and more. A person who has house wants bungalow. The one who has bungalow wants palace and so on. It is not important to have a luxurious house but it is very important to have a peaceful house. >>>>> Read Also Essay on Why I love my Mom & Dad One should always try to make it beautiful my helping each other in house and loving each other. I am really thankful to Almighty for this blessing. My house is the most beautiful house of the world as I live in it with my loved ones. I enjoy my life a lot and forget all my worries when I enter my house. [sc_fs_multi_faq headline-0=”h3″ question-0=”1. What is the difference between a house and a home?” answer-0=”While technically speaking there is the visible difference between the house and home. The difference lies in understanding the terms of house and home. The house is more individual or personalized. It refers to a building or space where someone lives. While, the home, in contrast, is a general term. It is used in reference to a place of living, building or a specific locality where a person lives thinking it being a place of belonging or attachment. ” image-0=”” headline-1=”h3″ question-1=”2. Why is home so important?” answer-1=” Home is close to heart. It embodies our sense of true feeling and attachments to that specific place of living. The part of moments that we spend in our home becomes the crystal and eternal piece of our living. ” image-1=”” count=”2″ html=”true” css_class=””]

cerita tentang rumah saya