AktorKevin Spacey. BINTANG film Hollywood Kevin Spacey diharuskan membayar ganti rugi sebesar US$31 juta (sekitar Rp462 miliar) kepada produsen serial House of Cards, yang terpaksa memecat aktor itu setelah munculnya tudingan pelecehan seksual. Hal itu diputuskan pengadilan, Kamis (4/8). KementerianKominfo masih menelusuri kasus tumbangnya koneksi jaringan Smartfren sembari menunggu laporan resmi dari operator seluler CDMA itu. Jika terbukti bersalah, sang operator bisa dikenakan sanksi dan wajib membayar ganti rugi ke pelanggan. RioTinto harus membayar ganti rugi untuk ledakan gua Orang December 9, 2020 Luar Negara 10 Views MELBOURNE (Reuters) - Syarikat gergasi perlombongan Rio Tinto Ltd harus membayar ganti rugi kepada Orang Asli Australia yang terjejas oleh pemusnahan dua tempat perlindungan batu kuno untuk mengembangkan lombong bijih besi, kata panel siasatan PTLapindo Brantas tetap bertanggung jawabpenuh atas pembayaran ganti rugi kepada warga. SUARA.COM MATAMATA.COM Bahkansebagian besar orang mengatakan bahwa Amber mungkin tidak akan mampu membayar uang ganti rugi tersebut. Hal itu dikarenakan dia harus memiliki jutaan dolar bahkan lebih. Beberapa laporan menyebutkan kekayaan bersih yang dimiliki oleh aktris berusia 36 tahun itu berada di kisaran 8 juta dolar AS atau sekitar Rp 116 miliar. Setelahmendapatkan permohonan eksekusi dari Kejaksaan Agung, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan akan menggelar sidang Aanmaning Hdnp6. RINGTIMES BANYUWANGI – Berikut kunci jawaban mata pelajaran Sejarah Indonesia Kelas 11 SMA, latih uji kompetensi halaman 152 untuk nomor 1 sampai 5. Halo adik-adik siswa-siswi kelas 11 SMA, pakah kalian sudah mengerjakan uji kompetensi halaman 152 mata pelajaran sejarah Indonesia? Jika kamu merasa kesulitan, simak artikel hingga akhir ya, karena akan tersedia kunci jawaban dari latih uji kompetensi perang melawan Belanda untuk soal nomor 1 sampai 5. Baca Juga Kunci Jawaban Sejarah Indonesia Semester 1 Kelas 11 SMA Halaman 101 Yuk, tunggu apalagi, segera buka buku paket sejarah Indonesia kamu dan inilah soal beserta kunci jawabannya. 1. Rakyat Tondano harus membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak sebagai ganti rugi rusaknya tanaman padi karena genangan air Sungai Temberan. Coba telaah secara kritis ancaman Belanda padahal yang membendung Sungai Temberan itu Belanda. Bagaimana penilaian kamu tentang sikap Belanda yang demikian. Sikap ini merupakan sikap kolonialisme dan imperialisme yang akan terus berlangsung termasuk sampai sekarang. Berikan contoh! Jawaban Sikap sewenang-wenang penjajah Belanda kepada masyarakat Tondano karena kerugian yang mereka alami dan mencoba memenuhi neraca dagangannya dengan mengambil budak. Web server is down Error code 521 2023-06-16 110122 UTC What happened? The web server is not returning a connection. As a result, the web page is not displaying. What can I do? If you are a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you are the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not responding. Additional troubleshooting information. Cloudflare Ray ID 7d828ded0a7cb76a ‱ Your IP ‱ Performance & security by Cloudflare Perang tondano I dan II dan pattimura angkat senjata dipicu karena orang Belanda ingin memaksa agar rakyat minahasa menyerahkan beras secara Cuma-Cuma kepada belanda dan harus dikenai kewajiban kerja paksa, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi dan pemuda di wilayah Minahasa harus mau dikirim menjadi prajurit di pejuang juga hancur bersama rakyat di benteng pertahanan Moraya ,para pejuang juga memilih mati dari pada menyerah jadi pantang mundur sebelum kalah.Perang Tondano ISekalipun hanya berlangsung sekitar satu tahun perang tonando di kenal dalam dua tahap. Perang Tondono I terjadi pada masa kekuasaan VOC. Pada saat datangnya bangsa barat orang – orang spanyol sudah sampai di tanah Minahasa Tondono Sulawesi spanyol disamping berdagang juga menyebarkan agama Kristen. Tokoh yang berjasa dalam penyebaran agam kristen di tanah minahasa adalah Fransiscus Xaverius. Hubungan dagang orang minahas dan spanyol terus berkembang. Tetapi mulai abad 22 hubungan dagang antara keduanya mulai terganggu dengan kehadiran para pedagang VOC. Waktu itu VOC telah berhasil menanamkan pengaruhnya di ternate. Bahkan gubernur Ternate bernama simon cos mendapatkan kepercayaan dari batavia untuk membebaskan minahasa dari pengaruh spanyol. Simon cos kemudian menempatkan kapalnya di selat lembeh untuk mengawasi pantai timur minahasa. Para pedagang spanyol dan juga makasar yang bebas berdagang mulai tersungkir karena ulah berusaha memaksakan kehendak agar orang-orang minahasa menjual berasnya kepada VOC. Oleh karena itu VOC sangat membutuhkan beras untuk melakukan monopoli perdagangan bebas di sulawesi utara. Orang-orang minahasa menentang usaha monopoli tersebut. Tidak ada pilihan lain bagi VOC kecuali memerangi orang-orang minahasa. Untuk melemahkan orang-orang minahasa, VOC membendung sungai temberan. Akibatnya aliran sungai meluap dan menggenangi tempat tinggal rakyat dan para pejuang minahasa. Orang-orang minahasa kemudian memindahkan tempat tinggalnya di danau Tondono dengan rumah-rumah apung. Pasukan VOC kemudian mengepung kekuatan orang-orang Minahasa yang terpusat di danau Cos kemudian memberikan ultimatum yang isinya antara lain Orang-orang Tondano harus menyerahkan para tokoh pemberontak kepada VOC,Orang-orang Tondano hrus membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak sebagai ganti rugi rusaknya tanaman pdi karena genangan air sungai rakyat Tondano bergeming dengan ultimatum VOC tersebut. Simo Cos sangat kesal karena ultimatumnya tidak berhasil. Pasukan VOC akhirnya ditarik mundur ke manado. Setelah itu rakyat tondano menghadapi masalah dengan hasil pertanian yang menumpuk, tidak ada yang terpaksa mereka kemudian mendekati VOC untuk membeli hasil-hasil pertaniannya. Dengan demikian terbukalah tanah minahasa oleh VOC. Berakhirlah Perang Tondano I. Orang-orang Minahasa itu kemudian memindahkan perkampungannya di danau tondano ke perkampungan baru di daratan yang di beri nama Minawanua ibu negeri.Perang Tondano IIPerang Tondano II sudah terjadi ketika memasuki abad ke-19, yakni pada masa pemerintahan kolonial belanda. Perang ini di latar belakangi oleh kebijakan Gubernur Jendral Deandels yang mendapat mandat untuk memerangi Inggris, memerlukan pasukan dalam jumlah menambah jumlah pasukan maka direkrut pasukan dari kalangan pribumi. Mereka yang dipilih adalah dari suku-suku yang memiliki kebernian berperang. Beberapa suku dianggap memiliki keberanian adalah orang-orang Madura, Dayak dan perintah deandels melalu Kapten Hartingh, Residen Manado Prediger segera mengumpulkan para Ukung.Ukung adalah pemimpin dalam suatu wilayah watak atau daerah setingkat distrik.Dari Minahasa di terget untuk mengumpulkan calon pasukan sejumlah 2000 orang yang akan di kirim ke Jawa. Ternyata orang-orang Minahasa umumnya tidak setuju dengan program deandels untuk meregrut pemuda-pemuda minahasa sebagai pasukan di antara para ukung mulai meninggalkan rumah. Mereka justru ingin mengadakan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Mereka memusatkan aktifitas perjuangannya di Tondano, Minawanoa. Salah seorang pemimpin berlawanan itu adalah Ukung Lonto ia menegaskan rakyat minahasa harus melawan kolonial belanda sebagai bentuk penolakan terhadap program pengiriman 2000 pemuda minahasa ke jawa serta menolak kebijakan klonial yang memaksa agar rakyat menyerahkan beras secara Cuma-Cuma kepada suasana yang semakin kritis itu tidak ada pilihan lain bagi Gubernur Prediger kecuali mengirim pasukan untuk menyerang pertahanan orang-orang minahasa di tondano, kembali menerapkan strategi dengan membendung sungai temberan. Prediger juga membentuk 2 pasukan tangguh. Pasukan yang satu disiapkan dari danau tondano dan pasukan yang lain menyerang minawanua dari darat. Tanggal 23 oktober 1808 pertempuran mulai berkobar. Pasukan belanda yang berpusat di danau tondano berhasil melakukan serangan dan merusak pagar bambu berduri yang membatasi danau dengan perkampungan minawanua, sehingga menerobos pertahanan orang-orang minahasa di sudah malam para pejuang tetap dengan semangat yang tinggi terus bertahan dan melakukan perlawanan dari rumah ke Belanda merasa pagi hari tanggal 24 oktober 1808 pasukan belanda dari darat membombardir kampung pertahanan Minawanua. Serangan terus di lakukan belanda sehingga kampung itu seperti tidak ada lagi kehidupan. Pasukan prediger mulai mengendorkan dari perkampungan itu orang-orang tondano muncul dan menyerang dengan hebatnya sehingga beberapa korban berjatuhan dari pihak belanda. Pasukan Belanda terpaksa di tarik mundur. Seiring dengan itu sungai temberan yang di bendung mulai meluap sehingga mempersulit pasukan belanda sendiri. Dari jarak jauh belanda terus menghujani meriam ke kampung minawanua, tetapi tentu idak efektif. Begitu juga swrangan yang dari danau tidak mampu mematahkan semangat jaung orang-orang tondano, Minawanua. Bahkan terpetik berita kapal Belanda yang paling besar tenggelam di Tondano II berlangsung cukup lama,bahkan sampai agustus 1809. Dalam suasana kepenatan dan kekurangan makananan mulai ada kelompok pejuang yang memihak kepada belanda. Namun dengan kekuatan yang ada para pejuang tondano terus memberikan perlawanan. Akhirnya pada tanggl 4-5 Agustus 1809 benteng pertahanan moraya milik para pejuang hancur bersama rakyat yang berusaha mempertahankan. Para pejuang itu memilih mati dair pada Perang Tondano 1808-1809Perang Tondano 1VOC memaksakan orang-orang minahasa menjual beras dgn harga murah ke VOC akhirnya orang2 minahasa menolak dan voc memerangi orang2 minahasaPerang Tondano 1Orang-orang minahasa harus mengganti rugi perang dengan memberikan 50-60 budak ke Perang Tondano 1808-1809, perang yang berlangsung antara Suku Minahasa dengan Pemerintah Kolonial Belanda di wilayah wilayah Danau Tondano semenanjung Sulawesi Perang TondanoDicabutnya Perjanjian Verbond yang dibuat pada tanggal 10 Januari 1679. Perjanjian Verbond sendiri menandakan sebuah ikatan persahabatan-persahabatan antara Minahasa dan Belanda yang diingkari sendiri oleh pihak Minahasa yang sejak dulu dikenal tetap konsisten dalam mempertahankan nilai-nilai budaya yang berorientasi pada kebenaran dan keadilan, serta tidak kenal kompromi kepada siapapun yang melanggar komitmen adat bahwa pihak Belanda telah melakukan pengingkaran terhadap Perjanjian Verbond telah menjadi bagian dari adat Minahasa yang menjamin kelanjutan hidup orang Minahasa. Oleh karena itu mereka menganggap bahwa pengingikaran yang dilakukan pihak Belanda ini merupakan suatu penghinaan fantastis terhadap nilai-nilai kebenaran dan Tondano I 1808 Latar belakang Perang Tondano 1 motif ekonomi yakni monopoli PENJUALAN BERAS KEPADA VOC. VOC berusaha memaksakana kehendak agar orang-orang Minahasa menjuala berasnya kepada VOC, karena VOC sangat membutuhkan beras untuk melakukan monopoli perdagangan beras di Sulawesi Utara. Orang-orang Minahasa menentang usaha monopoli tersebutPerang Tonando satu terjadi pada masa kekuasaan VOC pada saat datangnya bangsa Barat, orang-orang Spanyol sudah sampai di tanah Minahasa “Tondano”, Sulawesi Utara. Orang-orang Spanyol di samping berdagang juga menyebarkan agama Kristen. Tokoh yang berjasa dalam penyebaran agama Kristen di tanah Minahasa ialah Fransiscus dagang orang Minahasa dan Spanyol terus berkembang, tetapi mulai abad XVII hubungan dagang antara keduanya mulai terganggu dengan kehadiran para pedagang pedagang Spanyol dan juga Makassar yang bebas berdagang mulai tersingkir karena ulah VOC. Apalagi waktu itu Spanyol harus meninggalkan Kepulauan Indonesia untuk menuju FilipinaPenyebab Tondano II 1809Perang ini dilatarbelakangi oleh kebijakan Gubernur Jenderal Daendels yang mendapat mandat untuk memerangi Inggris, sehingga memerlukan pasukan dalam jumlah menambah jumlah pasukan maka direkrutlah pasukan dari kalanagan pribumi. Mereka dipilih dari suku-suku yang memiliki keberanian berperang, seperti suku Madura, dayak dan perintah Daendels melalui Kapten Hartingh, Residen Manado Prediger segera mengumpulkan para ukung, seorang pemimpin dalam suatu wilayah/distrik. Dari Minahasa ditarget untuk mengumpulkan calon pasukan sejumlah orang yang akan dikirim ke Jawa. Ternyata orang-orang Minahasa umumnya tidak setuju dengan program Daendels untuk merekrut pemuda-pemuda Minahasa sebagai pasukan Perang TondanoMengapa Disebut Perang Tondano?Pertanyaan ini penting untuk dikemukakan, mengingat masih adanya persepsi di kalangan tertentu orang Minahasa yang beranggapan bahwa seakan-akan pelaku-pelaku yang terlibat dalam peristiwa besar Perang Tondano hanya Orang Tondano yang bermukim di pemakaian istilah Perang Tondano bukan berarti yang terlibat dalam perang hanya Walak Tondano, akan tetapi hampir seluruh Walak di Minahasa telah berperanserta menunjukkan solidaritasnya sebagai Tou-Minahasa berjuang bersama Walak Tondano melawan Kompeni dikemukakan oleh salah seorang penulis asal Tondano Giroth Wuntu 1963, bahwa pada hakekatnya Perang Tondano PT adalah perang patriotik yang besar dari rakyat Maesa Minahasa pada umumnya melawan penjajahan Belanda, yang telah berlangsung secara berulang-ulang dalam kurun waktu satu setengah abad. Perang perlawanan yang pertama telah dimulai pada 1 Juni 1661, dan berakhir perang perlawanan terbesar pada 14 Januari 1807 sampai 5 Agustus pemimpin Perang Tondano, selain Tewu, Sarapung, Korengkeng, Lumingkewas Matulandi semuanya berasal dari Tondano-Minawanua, terdapat juga Lonto Kamasi Kepala Walak Tomohon, dan Ukung Mamahit dari Walak sebagai organisator dan atau otak “de ziel” dari perlawanan melawan kompeni Belanda, selain Tewu juga Lonto Kamasi Kepala Walak Tomohon yang dicari-cari oleh pihak kompeni Belanda untuk juga yang terungkap dalam dokumen Perang Tondano, akhirnya Tewu ditangkap menemani Ukung Pangalila Tondano dan Ukung Sumondak Tompaso yang sudah sejak awal menjadi penghuni penjara di Benteng ditangkap oleh Belanda ketika selagi mengikuti musyawarah di Benteng Belanda tersebut. Mereka ditangkap karena keduanya dengan tegas menentang usaha dari Residen Schierstein yang hendak mengubah substansi perjanjian atau Verbond 10 Januari 1679, seperti yang diakui oleh Jacob Claesz, kepada David van Peterson dinyatakan “Bahwa orang-orang Minahasa bukan merupakan orang taklukan atau bawahan, tetapi yang berada dalam suatu ikatan persahabatan dengan Kompeni Belanda”.Dengan demikian, perlulah diungkapkan di sini bahwa disebut Perang Tondano yang secara historis telah berlangsung sejak tahun 1661, dan puncaknya terjadi pada tahun 1808-1809, didasarkan atasPuncak petualangan kompeni Belanda itu dimulai, dilaksanakan dan diakhiri di wilayah Walak Tondano;Waktu perang pecah, kita belum mengenal istilah Minahasa sebagaimana kita mengartikannya sekarang ini. Memang pada dekade terakhir dari abad kedelapan belas, istilah Minahasa memang sudah dipakai. Tapi, masih dalam arti “Landraad”/”Vergadering van Volkshoofden” Musyawarah para Ukung dan Kepala Walak. Karenanya menurut sejarawan Godee Molsbergen, Residen Predigger, arsitek Perang Tondano itu hanya memakai istilah “Manadosche onlusten”; sedangkan sejarawan de Graaf menyebutnya “Volksopstand in Manado”.Berdasarkan cerita rakyat, peristima itu diistilahkan sebagai Perang Tondano, merupakan istilah yang telah membudaya dalam masyarakat Minahasa pada umumnya lihat Supit 1991.Latar Belakang Perang Tondano dan ImplikasinyaBahwa hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya perang antara orang Minahasa dengan kompani Belanda, antara lain dipengaruhi oleh sikap antipati seluruh Walak di Minahasa khususnya Walak Tondano atas kedatangan kolonial Belanda yang dianggap sama dengan kolonial asing sebelumnya, yakni orang Tasikela Portugis dan Spanyol yang telah membunuh beberapa Tona’as, antara lain Mononimbar dan Rakian dari Tondano dan Tona’as Umboh dari Tomohon, serta adanya pemerkosaan terhadap perempuan Wewene ini menimbulkan kesan bahwa semua orang kulit putih kolonial memiliki perangai yang sama alias kejam. Demikian juga pada perang ketiga, dipicu oleh tertangkapnya Ukung Pangalila kepala Walak Tondano, dan Ukung Sumondak kepala Walak semua penulis menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya Perang Tondano keempat terakhir, adalah bahwa Minahasa tidak mau menyediakan tentara untuk kepentingan militer Hindia-Belanda lihat Wenas 2007. Dikemukakan oleh Supit 1991, “para penulis barat dalam tulisan sepintas senantiasa menyatakan bahwa penyebab terjadinya peristiwa itu, adalah karena masalah “rekrutering” atau “ketentuan menjadi serdadu” bagi para pemuda Minahasa untuk dikirim ke Jawa guna menghadapi perjuangan tentara Inggris. Sejarawan Dr. de Graaf, menyatakan atas hal ini “Maka dipanggilah dalam jumlah besar, orang-orang yang berasal dari suku-suku pemberani dalam peperangan, seperti suku Minahasa, suku Madura, dan suku Dayak. Bila yang datang melapor secara suka rela tidak segenap hati/memadai, pemaksaan dilakukan. Suatu tindakan yang telah mengakibatkan pecahnya pemberontakan rakyat di Manado/Minahasa”.Kecuali itu, Dr. Godee Molsbergen, yang pada tahun 1928 ditugaskan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menulis sejarah Minahasa dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun “Persahabatan Minahasa-Belanda/Verbond 10 Januari 1679 kedua ratus lima puluh, menulis “Walaupun Predigger dengan pembawaannya yang lemah lembut menghindari bentrokan dengan penduduk, ia tidak dapat mencegah tindakan petugas pendaftaran yang tidak bijaksana dan terciptanya cerita yang tidak-tidak mengenai tujuan perekrutan. Ditambah dengan hutang lama, disebabkan penerimaan sandang dengan uang muka, hubungan baik dengan Pemerintah Hindia-Belanda, menjadi rusak sama sekali”.Apabila disimak secara kritis makna terjadinya Perang Tondano itu, bahwa sesungguhnya bukan karena alasan rekruitmen, tagihan hutang lama dan tafsiran yang mengada-ada dari sejarawan kolonial tersebut. Akan tetapi, akar masalahnya terletak pada “pelanggaran-pelanggaran kolonial Belanda terhadap ketentuan ikatan persahabatan Minahasa-Belanda Verbond 10 Januari 1679”. Hal ini menunjukkan bahwa secara antropologis, orang Minahasa sudah sejak tempo doeloe tetap konsisten mempertahankan nilai-nilai budaya orientasi terhadap kebenaran dan keadilan yang tidak mengenal kompromi dengan pelanggaran adat, siapa pun pihak yang melakukan pelanggaran adat yang dimaksud sei’reen.Bagi orang Minahasa Verbond tersebut sudah menjadi bagian dari adat Minahasa yang menjamin kelanjutan hidup orang Minahasa. Hal ini dianggap oleh para pemimpin Minahasa, merupakan pengingkaran kompani Belanda terhadap Verbond yang sudah mereka sepakati bersama. Pengingkaran ini adalah suatu penghinaan yang fantastis terhadap kebenaran dan keadilan. Apalagi mereduksi nilai-nilai kepemimpinan sosial orang Minahasa, di mana posisi kepala walak dikondisikan sedemikian rupa dalam perubahan perjanjian Verdrag 10 September 1699/amandemen pasal 9, sebagai bawahan yang harus tunduk terhadap semua kebijakan kompani Belanda. Padahal dalam konteks status – peranan, menjadi kepala walak, bukanlah jabatan yang diberikan atas dasar turunan ascribed; tetapi menjadi kepala walak diperoleh secara demokratis/dipilih secara adat atas dasar kinerja achieved.Tokoh Perlawanan Pattimura Angkat senjataKapiten Pattimura Thomas MattulessiRhebokThomas PattiwelRaja tiowLukas LutamahinaJohanes MattulessiCristina Marta tihahukapitten paulu tiahahu ayah Cristina Marta tihahuAkhir Perang TondanoBelanda kemudian mendatangkan bantuan dari ambon. Datanglah 300 prajurit yang dipimpin oleh mayor beetjes. Pasukan ini kawal oleh kapal nassau dan kapal evertsen. Namun bantuan ini dapat digagalkan oleh pasukan pattimura,bahkan mayor kemenangan ini semakin menggelorakan perjuangan para pejuang diberbagai tempat seperti di seram, hitu,maluku,dan larike. Selanjutnya pattimura memusatkan perhatian untuk menyerang benteng zeenlandia dipulau haruku. Melihat gelagat pattimura itu maka pasukan belanda dibenteng ini dipekuat oleh komandannya groot. Patroli juga terus dirketat. Oleh karena itu, pattiura gagal menembus benteng perundingan mulai ditawarkan, tetapi tidak ada kesepakatan. Akhirnya belanda mengerahkan semua kekuatannya termasuk bantuan dari batavia untuk merebut kembali benteng duurstede. Agustus 1817 saparua diblokade,benteng duurstede dikepung yang disertai tembakan meriam yang bertubi-tubi. Satu-persatu perlawanan diluar benteng dapat dipatahkan. Daerah di kepulauan itu jatuh kembali ke tangan belanda. Dalam kondisi yang demikian itu pattimura memerintahkan pasukannya meloloskan diri dan meninggalkan tempat demikian benteng duurstede berhasil dikuasai belanda kembali. Pattimura dan pengikutnya terus melawan dengan gerilya. Tetapi bulan november beberapa pembantu pattimura tertangkap seperti kapitten paulu tiahahu.ayah christina tiahahu.yang kemudian dijatuhi hukuman mati. Mendengar peristiwa ini christina martha tiahahu maran dan segera pergi ke hutan untuk bergerilya. Belanda belum puas sebelum dapat menangkap pattimura. Bahkan belanda mengumumkan kepada siapa saja yang dapat menangkap pattimura akan diberi enam bulan memimpin perlawanan, akhirnya pattimura tertangkap. Tepat pada tanggal 16 desember 1817 pattimura dihukum gantung di alun-alun kota ambon. Christina martha tiahahu yang berusaha melanjutkan perang gerilya akhinya juga tidak dihukum mati tetapi bersama 39 orang lainnya dibuang ke jawa sebagai pekerja rodi. Di kapal christina martha tiahahu tidak mau makan dan buka mulut. Ia jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 1 januari 1818. Jenazahnya dibuang ke laut. Dengan itu berakhirlah perlawanan pembahasan kali ini semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan kalian, terima kasih sudah mampir, jika kalian ingin bertanya silahkan komentar dibawah ya... “Perang Tondano yang terjadi pada 1808-1809 adalah perang yang melibatkan orang Minahasa di Sulawesi Utara dan pemerintah kolonial Belanda pada permulaan abad XIX. Perang pada permulaan abad XIX ini terjadi akibat dari implementasi politik pemerintah kolonial Hindia Belanda oleh para pejabatnya di Minahasa, terutama upaya mobilisasi pemuda untuk dilatih menjadi tentara “ Tauik Abdullah dan Lapian, 2012375 a. Perang Tondano I Sekalipun hanya berlangsung sekitar satu tahun Perang Tonando dikenal dalam dua tahap. Perang Tonando I terjadi pada masa kekuasaan VOC. Pada saat datangnya bangsa Barat orang-orang Spanyol sudah sampai di tanah Minahasa Tondano Sulawesi Utara. Orang-orang Spanyol di samping berdagang juga menyebarkan agama Kristen. Tokoh yang berjasa dalam penyebaran agama Kristen di tanah Minahasa adalah Fransiscus Xaverius. Hubungan dagang orang Minahasa dan Spanyol terus berkembang. Tetapi mulai abad XVII hubungan dagang antara keduanya mulai terganggu dengan kehadiran para pedagang VOC. Waktu itu VOC telah berhasil menanamkan pengaruhnya di Ternate. Bahkan Gubernur Terante Simon Cos mendapatkan kepercayaan dari Batavia untuk membebaskan Minahasa dari pengaruh Spanyol. Simon Cos kemudian menempatkan kapalnya di Selat Lembeh untuk mengawasi pantai timur Minahasa. Para pedagang Spanyol dan juga Makasar yang bebas berdagang mulai tersingkir karena ulah VOC. Apalagi waktu itu Spanyol harus meninggalkan Kepulauan Indonesia untuk menuju Filipina » kamu ingat peristiwa apa yang menyebabkan Spanyol harus pergi dari Indonesia dan menuju ke Filipina ? VOC berusaha memaksakan kehendak agar orang-orang Minahasa menjual berasnya kepada VOC. Oleh karena VOC sangat membutuhkan beras untuk melakukan monopoli perdagangan beras di Sulawesi Utara. Orang-orang Minahasa menentang usaha monopoli tersebut. Tidak ada pilihan lain bagi VOC kecuali memerangi orang-orang Minahasa. Untuk melemahkan orang- diunduh dari orang Minahasa, VOC membendung Sungai Temberan. Akibatnya aliran sungai meluap dan menggenangi tempat tinggal rakyat dan para pejuang Minahasa. Orang-orang Minahasa kemudian memindahkan tempat tinggalnya di Danau Tondano dengan rumah-rumah apung. Pasukan VOC kemudian mengepung kekuatan orang-orang Minahasa yang berpusat di Danau Tondano. Simon Cos kemudian memberikan ultimatum yang isinya antara lain 1 Orang-orang Tondano harus menyerahkan para tokoh pemberontak kepada VOC, 2 orang-orang Tondano harus membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak sebagai ganti rugi rusaknya tanaman padi karena genangan air Sungai Temberan. Ternyata rakyat Tondano bergeming dengan ultimatum VOC tersebut. Simon Cos sangat kesal karena ultimatumnya tidak berhasil. Pasukan VOC akhirnya ditarik mundur ke Manado. Setelah itu rakyat Tondano menghadapi masalah dengan hasil pertanian yang menumpuk, tidak ada yang membeli. Dengan terpaksa mereka kemudian mendekati VOC untuk membeli hasil-hasil pertaniannya. Dengan demikian terbukalah tanah Minahasa oleh VOC. Berakhirlah Perang Tondano I. Orang- orang Minahasa itu kemudian memindahkan perkampungannya di Danau Tondano ke perkampungan baru di daratan yang diberi nama Minawanua ibu negeri. » Coba perhatikan dan renungkan isi ultimatum VOC yang kedua. Orang-orang Tondano disuruh membayar ganti rugi kerusakan tanaman padi akibat tergenang luapan air Sungai Temberan. Sungguh licik VOC karena yang menyebabkan kerusakan tetapi kerugiannya disuruh menanggung rakyat Tondano. Ingat! kelicikan Belanda ini akan terus berlangsung selama Belanda menjajah Indonesia. b. Perang Tondano II Perang Tondano II sudah terjadi ketika memasuki abad ke-19, yakni pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Perang ini dilatarbelakangi oleh kebijakan Gubernur Jenderal Daendels. Daendels yang mendapat mandat untuk memerangi Inggris, memerlukan pasukan dalam jumlah besar. Untuk menambah jumlah pasukan maka direkrut pasukan dari kalangan pribumi. Mereka yang dipilih adalah dari suku-suku yang memiliki keberanian berperang. Beberapa suku yang dianggap memiliki keberanian adalah orang- orang Madura, Dayak dan Minahasa. Atas perintah Daendels melalui Kapten Hartingh, Residen Manado Prediger segera mengumpulkan para ukung. diunduh dari Ukung adalah pemimpin dalam suatu wilayah walak atau daerah setingkat distrik. Dari Minahasa ditarget untuk mengumpulkan calon pasukan sejumlah orang yang akan dikirim ke Jawa. Ternyata orang-orang Minahasa umumnya tidak setuju dengan program Daendels untuk merekrut pemuda- pemuda Minahasa sebagai pasukan kolonial. Banyak di antara para ukung mulai meninggalkan rumah. Mereka justru ingin mengadakan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Mereka memusatkan aktivitas perjuangannya di Tondano, Minawanua. Salah seorang pemimpin perlawanan itu adalah Ukung Lonto. Ia menegaskan rakyat Minahasa harus melawan kolonial Belanda sebagai bentuk penolakan terhadap program pengiriman pemuda Minahasa ke Jawa serta menolak kebijakan kolonial yang memaksa agar rakyat menyerahkan beras secara cuma-cuma kepada Belanda. Dalam suasana yang semakin kritis itu tidak ada pilihan lain bagi Gubernur Prediger kecuali mengirim pasukan untuk menyerang pertahanan orang- orang Minahasa di Tondano, Minawanua. Belanda kembali menerapkan strategi dengan membendung Sungai Temberan. Prediger juga membentuk dua pasukan tangguh. Pasukan yang satu dipersiapkan menyerang dari Danau Tondano dan pasukan yang lain menyerang Minawanua dari darat. Tanggal 23 Oktober 1808 pertempuran mulai berkobar. Pasukan Belanda yang berpusat di Danau Tondano berhasil melakukan serangan dan merusak pagar bambu berduri yang membatasi danau dengan perkampungan Minawanua, sehingga menerobos pertahanan orang-orang Minahasa di Minawanua. Walaupun sudah malam para pejuang tetap dengan semangat yang tinggi terus bertahan dan melakukan perlawanan dari rumah ke rumah. Pasukan Belanda merasa kewalahan. Setelah pagi hari tanggal 24 Oktober 1808 pasukan Belanda dari darat membombardir kampung pertahanan Minawanua. Serangan terus dilakukan Belanda sehingga kampung itu seperti tidak ada lagi kehidupan. Pasukan Prediger mulai mengendorkan serangannya. Tiba-tiba dari perkampungan itu orang-orang Tondano muncul dan menyerang dengan hebatnya sehingga beberapa korban berjatuhan dari pihak Belanda. Pasukan Belanda terpaksa ditarik mundur. Seiring dengan itu Sungai Temberan yang dibendung mulai meluap sehingga mempersulit pasukan Belanda sendiri. Dari jarak jauh Belanda terus menghujani meriam ke Kampung Minawanua, tetapi tentu tidak efektif. Begitu juga serangan yang dari danau tidak mampu mematahkan semangat juang orang-orang Tondano, Minawanua. Bahkan terpetik berita kapal Belanda yang paling besar tenggelam di danau. diunduh dari Perang Tondano II berlangsung cukup lama, bahkan sampai agustus 1809. Dalam suasana kepenatan dan kekurangan makanan mulai ada kelompok pejuang yang memihak kepada Belanda. Namun dengan kekuatan yang ada para pejuang Tondano terus memberikan perlawanan. Akhirnya pada tanggal 4-5 Agustus 1809 Benteng pertahanan Moraya milik para pejuang hancur bersama rakyat yang berusaha mempertahankan. Para pejuang itu memilih mati dari pada menyerah. » Sungguh luar biasa perlawanan rakyat Minahasa, yang telah mati-matian mempertahankan kedaulatannya. Coba pelajaran apa yang dapat kamu peroleh setelah belajar tentang sejarah Perang Tondano tersebut. Jawabannya adalah sikap kolonial ini masih ada di zaman modern, misalnya dalam ekspansi perusahaan asing di negara berkembang. Misalnya penjajahan di bidang kelautan oleh negara asing di laut Indonesia. Mereka mencuri produk ikan dan tidak menghormati kedaulatan Indonesia atau membayar pajak kepada ialah usaha untuk memperluas, mengembangkan, dan menguasai suatu wilayah dengan kekuasaan suatu negara di luar lokasi atau wilayah negara tersebut. Hal ini dilakukan dengan kekerasan untuk mencapai keuntungan sebesar-besarnya bagi negara asal atau negara asal. Tujuan dari kolonialisme yaitu untuk mencari dominasi ekonomi sumber daya, tenaga kerja dan perdagangan di wilayah tersebut. Imperialiasme ialah upaya kebijakan untuk mengontrol negara lain atau secara paksa memperluas kerajaan kepentingan diri sendiri yang didirikan sebagai sebuah kerajaan. Penguasaan dalam hal agama, ideologi, budaya ekonomi, asalkan dilakukan dengan kekerasan. Pada konsep kolonialisme, pemerintah adalah wajib, terlebih sikap diskriminatif antara kelompok kolonial dan rakyat terjajah. Peristiwa di Tondano menunjukkan bahwa keegoisan Belanda itu sewenang-wenang. Dalam hal ini, mereka menderita kerugian karena hasil panen tidak diperoleh dan berusaha menutupi neraca perdagangan mereka dengan menculik budak. Hal lain adalah bahwa sikap kolonialisme ini melihat bangsa terjajah bukan sebagai orang yang memiliki hak dan kewajiban, tetapi sebagai objek keuntungan atau perdagangan properti dalam bahasa kolonial. Sikap kolonial ini masih ada di zaman modern, misalnya dalam ekspansi perusahaan asing di negara berkembang. Misalnya penjajahan di bidang kelautan oleh negara asing di laut Indonesia. Mereka mencuri produk ikan dan tidak menghormati kedaulatan Indonesia atau membayar pajak kepada jawabannya adalah sikap kolonial ini masih ada di zaman modern, misalnya dalam ekspansi perusahaan asing di negara berkembang. Misalnya penjajahan di bidang kelautan oleh negara asing di laut Indonesia. Mereka mencuri produk ikan dan tidak menghormati kedaulatan Indonesia atau membayar pajak kepada pemerintah.

rakyat tondano harus membayar ganti rugi